Judi Sabung Ayam Online

Kakek 76 Tahun Jadi Bintang Film Porno Tertua di Jepang dan Dunia

Pria berusia 76 tahun bernama Shigeo Tokuda menjadi pemain film porno tertua di Jepang bahkan mungkin di dunia. Meski kakek dua cucu ini dikenal ribuan orang yang menonton filmnya, keluarga Tokuda justru sempat tidak mengetahui kalau Tokuda adalah bintang film porno.

Tokuda sempat merahasiakan kepada istri dan anaknya bahwa ia telah merekam ratusan video porno. Keluarga Tokuda pun tidak tahu apa yang dikerjakan pensiunan agen perjalanan tersebut jika pergi 'kerja' pada pagi hari.


Padahal, Tokuda sangat dikenal para penggemarnya. Tak heran jika Tokuda setidaknya membuat satu film porno tiap bulan. Tokuda pun kini menjadi bintang genre film 'porno orang tua' alias film-film yang dibintangi aktor berusia lanjut.

Film-film tersebut di antaranya saat Tokuda beradu peran dengan aktris yang berperan sebagai perawat maupun saat Tokuda bermain dengan aktris yang berperan sebagai anak tirinya.

Film porno dengan aktor berusia lanjut dikabarkan menjadi industri yang berkembang pesat di Jepang. Apalagi, Jepang dikenal sebagai konsumen pornografi kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat.

Menurut hitungan Tokuda, ia telah bermain di 350 film. Ia pun tengah menggarap film porno bertajuk Prohibited Elderly Care Vol 45.

"Mayoritas yang menonton adalah pria-pria berusia lanjut. Mungkin juga beberapa wanita lajang yang sedikit lebih tua," ujar Tokuda menjelaskan popularitasnya. "Yang pasti, mereka ingin memiliki keterkaitan kepada karakter yang usianya sama dengan mereka agar mereka merasa bisa merasakan kepuasan yang sama."

Menurut The Globe and Mail, penjualan film-film porno dengan aktor orang-orang tua meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Kini, film porno jenis itu memiliki pangsa pasa 20 sampai 30 persen dari total industri pornografi Jepang yang memiliki nilai US$ 20 miliar per tahun.

Rahasia yang selama ini disimpan Tokuda akhirnya diketahui keluarganya dua tahun lalu. Anak perempuan Tokuda berusia 35 tahun menemukan surat yang difaksimili berisi naskah film porno Prohibited Elderly Care Vol 20.

"Seluruh ceritanya ada di sana, jadi sangat jelas jenis film apa itu," kata Tokuda mengingat kejadian dua tahun lalu.

Namun, jika anaknya terkejut dengan penemuan tersebut, Tokuda mengaku istrinya tidak terlalu risau mengetahui pekerjaan paruh waktu Tokuda. "Istri saya membolehkan saya melakukan apa yang saya inginkan saat ini karena saya sudah pensiun," katanya. "Dia hanya khawatir dengan kesehatan saya dan mengatakan kepada saya untuk tidak terlalu bekerja keras."

"Tidak ada rasa cemburu, sepanjang yang saya ketahui. Tetapi tahun lalu ketika saya sedang mabuk-mabukan dengan istri saya di Asakusa, seseorang menghampiri saya dan meminta tanda tangan saya. Istri saya terkejut, tetapi itu tidak berujung pada pertengkaran. Dia mengerti bahwa ini merupakan bagian pekerjaan saya dan dia mempercayai saya."

Tokuda awalnya masuk ke industri pornografi untuk sampingan selain bekerja di sebuah agen perjalanan di Tokyo. Tokuda mengaku ia dilirik seorang pembuat film porno ketika pembuat film tersebut melihatnya mencari-cari DVD film dewasa di sebuah toko di Tokyo.

"Mereka mengatakan, 'Anda pasti cocok untuk film-film kami karena Anda memiliki wajah yang nakal. Anda cocok dengan film yang akan kami buat'," ujar Tokuda.

Setelah hanya tampil sebagai figuran dengan bayaran beberapa ratus yen, Tokuda akhirnya mendapat peran sebagai pemeran utama. Ia pun kini bekerja penuh waktu setelah pensiun bekerja di agen travel lima tahun lalu. Menurut Tokuda, ia biasanya dibayar untuk salah satu film Prohibited Elderly Care senilai US$ 400 dan US$ 500.

Meski sempat stroke beberapa tahun lalu sehingga sempat berpikir untuk pensiun, Tokuda mengaku tidak mengalami masalah atas tuntutan fisik dalam film-film tersebut. Ia menjaga kebugaran dengan mendaki gunung bersama istrinya. Ia mengaku hanya dua kali mencoba Viagra yaitu satu dekade lalu atas permintaan seorang pembuat film. Obat biru tersebut, katanya, tidak berdampak ketika ia memakainya kedua kali.

Mayoritas lawan main Tokuda adalah wanita berusia sekitar 20 tahun. Tokuda tidak merasa kasihan dengan para lawan mainnya. Ia mengaku mayoritas lawan mainnya menerima peran tersebut hanya untuk mendapatkan uang dan beberapa di antara mereka tidak menikmati penampilan mereka.

Kendati masih menikmati pekerjaannya, Tokuda berpikir untuk pensiun tidak lama lagi. "Saya rasa saya akan berhenti di usia 80 tahun," ujarnya.

Lantas apa yang akan ia kerjakan setelah itu? "Saya tidak tahu. Mungkin saya menghabiskan lebih banyak waktu dengan istri saya untuk mendaki gunung," ujarnya. (Tempo)
Comments
0 Comments