Lokalisasi Saritem Bandung, Sejarah dan Faktanya
Lokalisasi Saritem Bandung, Sejarah dan Faktanya - Lokalisasi Saritem seolah terlalu melekat dengan kota kembang, Bandung. Bahkan keberadaannya jauh sebelum republik ini merdeka tahun 1945. Lokalisasi ini berada di pusaran pusat kota Bandung yang dihimpit tiga Jalan besar yakni Jalan Gardujati, Jalan Sudirman, dan Jalan Kebonjati.
Ketenaran Saritem bukan saja baru dua atau tiga tahun, melainkan sudah sejak abad ke 19. Paling tidak ketenaran Saritem bisa dihubungkan dengan proses modernisasi pada tahun 1906 ketika Bandung dijadikan tempat kota tujuan wisata paling eksotis di Asia.
Lantas Saritem pun layaknya sebuah wisata sejak dulu hingga kini. Meski pemerintah berupaya secara resmi menutup bisnis mesum ini. Namun bisnis tersebut nyatanya masih berjalan.
Dengan adanya Perda Kota Bandung No 11/1995, efektif mulai November 2006 semua kompleks lokalisasi akan mulai dihapuskan. Semua kegiatan lokalisasi Saritem akan diakhiri pada 17 April 2007 pukul 24.00 WIB dan Saritem akan ditutup pada 18 April 2007.
Tapi nyatanya hingga saat ini, Saritem masih saja beroperasi. Layaknya jual beli di pasar, tak jauh berbeda dengan Saritem. Pantauan merdeka.com, sepanjang Jalan Saritem yang kurang lebih 1 km, di bahu kiri jalan sejumlah pria menawarkan kepada setiap kendaraan yang melintas.
"Kang parkirkeun heula kang (mas parkirin dulu mas kendaraannya)," kata sejajaran pria yang memanggil kepada setiap kendaraan.
Padahal lalu lalang kendaraan siang itu sedang padat. Tawar menawar pun tak lagi tertutup melainkan terang-terangan.
Budi (32) salah satu pria yang mengaku sudah melakukan penyedia jasa wanita itu banyak memberikan pilihan wanita. "Ada yang Rp 150 ribu, Rp 200 ribu, bahkan Rp 500 ribu," katanya.
"Kalau yang Rp 500 ribu mah dijamin muda dan seger kang. Jiga artis (kaya artis-red)," kilahnya.
Ia pun mengaku tak takut meski secara resmi lokalisasi ini sudah resmi ditutup. "Aman kang. Moal aya nu ngagerebeg," terangnya.
Ratusan perempuan berjejer disela-sela gang. Mereka memperlihatkan kemolekan tubuh yang kemudian dilakukan tawar menawar untuk memuaskan hasrat pria hidung belang.
Ketenaran Saritem bukan saja baru dua atau tiga tahun, melainkan sudah sejak abad ke 19. Paling tidak ketenaran Saritem bisa dihubungkan dengan proses modernisasi pada tahun 1906 ketika Bandung dijadikan tempat kota tujuan wisata paling eksotis di Asia.
Lantas Saritem pun layaknya sebuah wisata sejak dulu hingga kini. Meski pemerintah berupaya secara resmi menutup bisnis mesum ini. Namun bisnis tersebut nyatanya masih berjalan.
Dengan adanya Perda Kota Bandung No 11/1995, efektif mulai November 2006 semua kompleks lokalisasi akan mulai dihapuskan. Semua kegiatan lokalisasi Saritem akan diakhiri pada 17 April 2007 pukul 24.00 WIB dan Saritem akan ditutup pada 18 April 2007.
Tapi nyatanya hingga saat ini, Saritem masih saja beroperasi. Layaknya jual beli di pasar, tak jauh berbeda dengan Saritem. Pantauan merdeka.com, sepanjang Jalan Saritem yang kurang lebih 1 km, di bahu kiri jalan sejumlah pria menawarkan kepada setiap kendaraan yang melintas.
"Kang parkirkeun heula kang (mas parkirin dulu mas kendaraannya)," kata sejajaran pria yang memanggil kepada setiap kendaraan.
Padahal lalu lalang kendaraan siang itu sedang padat. Tawar menawar pun tak lagi tertutup melainkan terang-terangan.
Budi (32) salah satu pria yang mengaku sudah melakukan penyedia jasa wanita itu banyak memberikan pilihan wanita. "Ada yang Rp 150 ribu, Rp 200 ribu, bahkan Rp 500 ribu," katanya.
"Kalau yang Rp 500 ribu mah dijamin muda dan seger kang. Jiga artis (kaya artis-red)," kilahnya.
Ia pun mengaku tak takut meski secara resmi lokalisasi ini sudah resmi ditutup. "Aman kang. Moal aya nu ngagerebeg," terangnya.
Ratusan perempuan berjejer disela-sela gang. Mereka memperlihatkan kemolekan tubuh yang kemudian dilakukan tawar menawar untuk memuaskan hasrat pria hidung belang.