Edwin Soeryadjaya, Wirausahawan Indonesia 2010
"Menjadi juara dunia tidak mudah, hanya etos kerja, dan kemauan untuk melakukan lebih," kata Chairman Saratoga Group, Edwin Soeryadjaya usai meraih penghargaan Ernst & Young sebagai Indonesian Entrepreneur Of The Year 2010 atau Wirausahawan Indonesia Tahun 2010 di Jakarta, tadi malam.
Panel juri menilai, Edwin memiliki kualifikasi tertinggi dari semua kategori sebagai Wirasusahawan Indonesia 2010. "Dia memiliki poin yang paling tinggi untuk semua kategori," kata salah satu panel juri Kris Wiluan. Poin tersebut antara lain inovasi, entrepreuneurship, strategic direction, global impact, integrity, dan social responsibility.
Panel juri menilai, Edwin memiliki kualifikasi tertinggi dari semua kategori sebagai Wirasusahawan Indonesia 2010. "Dia memiliki poin yang paling tinggi untuk semua kategori," kata salah satu panel juri Kris Wiluan. Poin tersebut antara lain inovasi, entrepreuneurship, strategic direction, global impact, integrity, dan social responsibility.
Kris menuturkan, Edwin mampu memberikan sentuhan kepada dunia melalui sepak terjangnya. "Bagaimana dia menyentuh dunia internasional melalui usaha dia, itu juga menjadi pertimbangan," kata dia. Selain itu, penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat juga menjadi nilai tambahan sendiri dari juri kepada Edwin.
Edwin mengungguli sejumlah finalis lainnya, antara lain, Antarina SF Amir (High Scope Indonesia Institute), Elang Gumilang (Elang Group), Erwin Aksa (Bosowa), dan Reggy Wijaya (PT Tetra Konstruksindo).
Sedangkan Rawono Sosrodimulyo (PT Aditec Cakrawiyasa) menjadi pemenang dalam kategori "Manufacture Innovation Award", Tan Eng Liang (SOHO Group) menjadi pemenang dalam kategori "Health Product Innovation Award", dan Santoso (KBR68H) menjadi pemenang dalam kategori "Social Entrepreneur Award".
Malang melintang di dunia bisnis sejak 1978 di Astra, kini Edwin mendapat ganjarannya. Nama Edwin dilirik ketika dia menangani restrukturisasi keuangan di tubuh Astra pada tahun 1987-1990. Dia pula yang menjadi aktor persiapan Astra go public pada Februari 1990.
Namun, kejatuhan Bank Summa membuat keluarga Soeryadjaya harus melepas Astra. Kemudian, pada 1999, Astra menandatangani program restrukturisasi utang. Hasilnya, setahun kemudian, konsorsium Jardine Cycle & Carriage menguasai 40 persen saham Astra.
Putra kedua Willem Soeryadjaya ini meninggalkan Astra pada 1993 untuk mendirikan perusahaan investasi miliknya sendiri. Sepak terjangnya antara lain pada 1995, dia terlibat dalam perjanjian PT AriaWest International dengan USWest yang sekarang bernama AT&T, perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat dan AIF.
Tahun 1996, Aria West dianugerahi best project financing senilai US$600 juta dengan 40 bank internasional. Tahun 1997, ia mendirikan PT Advacne Interconnect Technology di Batam bersama New Bridge Capital nilainya mencapai US$ 100 juta.
Rupanya Edwin tak diam diri. Bersama Sandiaga Uno ia mendirikan Saratoga Capital tahun 1998. Perusahaan investasi itu kini senilai US$452 juta. Dalam satu tahun terakhir perusahaan ini telah berinvestasi di pertambangan dan telekomunikasi.
PT Adaro Energy, Tbk adalah salah satu perusahaan Saratoga di bidang pertambangan batu bara. Sejak melantai tahun 2004, kini saham Adaro Energy masuk dalam jajaran saham unggulan (blue chips). Pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia kemarin, saham berkode ADRO ini bergerak di level Rp2.350 dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp75,17 trilun.
Terakhir, Saratoga juga menawarkan perusahaan telekomunikasi melalui PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. Selama masa penawaran umum perdana, Tower Bersama menghimpun dana Rp1,97 triliun pada harga Rp2.025 per unit.
Dana itu diperoleh melalui penawaran sebanyak 551,11 juta saham baru, 339,75 juta saham lewat private placement, serta 82,66 juta saham dari opsi penjatahan lebih (greenshoe).